Sunni vs Syiah vs Ibadi: Satu Islam, Banyak Jalan
Rabu, 19 Maret 2025 16:18 WIB
Sunni, Syiah, dan Ibadi adalah mazhab utama Islam. Berbeda dalam sejarah, keyakinan, dan praktik, namun sama-sama mengakui keesaan Allah.
***
Islam adalah agama yang kaya akan keragaman pemikiran, mazhab, dan aliran. Di antara berbagai kelompok dalam Islam, Sunni, Syiah, dan Ibadi adalah tiga mazhab utama yang memiliki pengaruh signifikan dalam sejarah dan perkembangan Islam.
Meskipun ketiganya berbagi keyakinan dasar seperti keesaan Allah (Tauhid) dan kerasulan Nabi Muhammad, mereka memiliki perbedaan mendalam dalam hal sejarah, teologi, dan praktik keagamaan.
1. Sunni: Mazhab Mayoritas Umat Islam
Sunni adalah mazhab terbesar dalam Islam, dianut oleh sekitar 85-90% umat Muslim di seluruh dunia. Istilah "Sunni" berasal dari frasa Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, yang berarti "Pengikut Tradisi Nabi dan Komunitas Muslim."
Sejarah dan Asal-Usul:
-
Sunni muncul sebagai respons terhadap peristiwa-peristiwa politik dan teologis setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M. Mereka meyakini bahwa kepemimpinan umat Islam (khilafah) harus dipilih melalui konsensus (syura) di antara para sahabat Nabi.
-
Abu Bakar ash-Shiddiq adalah khalifah pertama yang diakui oleh Sunni, diikuti oleh Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Keempat pemimpin ini dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin (Pemimpin yang Mendapat Petunjuk).
Keyakinan Teologis:
-
Sunni mengikuti Asy'ariyah dan Maturidiyah sebagai aliran teologi utama. Mereka menekankan pentingnya mengikuti Al-Qur'an, Hadis (tradisi Nabi), dan konsensus ulama (ijma').
-
Sunni tidak menganggap pemimpin spiritual (imam) sebagai figur yang maksum (terbebas dari dosa). Mereka percaya bahwa kepemimpinan bersifat duniawi dan harus dipilih berdasarkan keadilan dan kapabilitas.
Praktik Keagamaan:
-
Sunni mengikuti empat mazhab fikih utama: Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Setiap mazhab memiliki metodologi sendiri dalam menafsirkan hukum Islam.
-
Mereka merayakan hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha, serta menghormati para sahabat Nabi tanpa mengkultuskan individu tertentu.
2. Syiah: Pengikut Ahlul Bait
Syiah adalah mazhab kedua terbesar dalam Islam, dianut oleh sekitar 10-15% umat Muslim. Istilah "Syiah" berasal dari kata Syiatu Ali, yang berarti "Pengikut Ali." Syiah meyakini bahwa kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad seharusnya diberikan kepada Ali bin Abi Thalib dan keturunannya.
Sejarah dan Asal-Usul:
-
Syiah muncul dari perpecahan politik setelah wafatnya Nabi Muhammad. Mereka percaya bahwa Nabi Muhammad menunjuk Ali sebagai penerusnya dalam peristiwa Ghadir Khum.
-
Syiah terbagi menjadi beberapa kelompok, seperti Syiah Dua Belas Imam (Itsna Asyariyah), Ismailiyah, dan Zaidiyah. Itsna Asyariyah adalah kelompok terbesar dalam Syiah.
Keyakinan Teologis:
-
Syiah meyakini konsep imamah, yaitu kepemimpinan spiritual yang diwariskan melalui keturunan Ali dan Fatimah (putri Nabi Muhammad). Mereka menganggap imam sebagai figur yang maksum dan memiliki otoritas ilahi.
-
Syiah juga menekankan pentingnya taqiyah (menyembunyikan keyakinan dalam situasi berbahaya) dan memiliki tradisi teologis yang kaya, seperti usuluddin (prinsip-prinsip dasar agama).
Praktik Keagamaan:
-
Syiah memiliki tradisi unik seperti peringatan Asyura, yang memperingati syahidnya Husain bin Ali di Karbala. Mereka juga mengunjungi makam imam-imam Syiah di kota-kota suci seperti Najaf dan Karbala.
-
Mereka mengikuti mazhab fikih Ja'fari, yang dinamai berdasarkan Imam Ja'far ash-Shadiq.
3. Ibadi: Mazhab yang Moderat dan Toleran
Ibadi adalah mazhab yang kurang dikenal dibandingkan Sunni dan Syiah, tetapi memiliki peran penting dalam sejarah Islam. Mazhab ini terutama dianut di Oman, dengan minoritas di Afrika Utara (seperti Aljazair, Libya, dan Tunisia).
Sejarah dan Asal-Usul:
-
Ibadi muncul dari kelompok Khawarij, tetapi mereka menolak kekerasan dan ekstremisme yang sering dikaitkan dengan Khawarij. Pendiri mazhab ini adalah Abdullah bin Ibad, yang hidup pada abad ke-7 M.
-
Mereka percaya bahwa kepemimpinan umat Islam harus berdasarkan pada keadilan dan kesalehan, bukan keturunan atau suku.
Keyakinan Teologis:
-
Ibadi memiliki pendekatan yang moderat dalam teologi dan fikih. Mereka menolak konsep imamah Syiah dan tidak menganggap pemimpin sebagai figur yang maksum.
-
Mereka percaya bahwa Al-Qur'an adalah makhluk (diciptakan), sebuah pandangan yang berbeda dengan Sunni dan Syiah.
Praktik Keagamaan:
-
Ibadi menekankan pentingnya persatuan dan menghindari konflik internal. Mereka dikenal toleran terhadap perbedaan pendapat.
-
Mereka tidak merayakan tradisi seperti Asyura, tetapi menghormati para sahabat Nabi tanpa mengkultuskan individu tertentu.
Perbandingan Mendalam antara Sunni, Syiah, dan Ibadi
Aspek | Sunni | Syiah | Ibadi |
---|---|---|---|
Kepemimpinan | Dipilih melalui konsensus | Harus dari keturunan Ali | Berdasarkan keadilan dan kesalehan |
Imam | Pemimpin spiritual biasa | Maksum dan memiliki otoritas tinggi | Tidak mengakui konsep imamah Syiah |
Sumber Hukum | Al-Qur'an, Hadis, Ijma', Qiyas | Al-Qur'an, Hadis, Aql (akal) | Al-Qur'an, Hadis, dan pendekatan moderat |
Teologi | Asy'ariyah dan Maturidiyah | Imamah dan Taqiyah | Menolak ekstremisme Khawarij |
Tradisi Unik | Empat mazhab fikih | Peringatan Asyura dan ziarah | Menekankan persatuan dan moderasi |
Konteks Sejarah dan Perkembangan
Perbedaan antara Sunni, Syiah, dan Ibadi tidak hanya bersifat teologis, tetapi juga dipengaruhi oleh konteks sejarah dan politik. Misalnya:
-
Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah (pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah) menjadi titik awal perpecahan antara Sunni dan Syiah.
-
Pertempuran Karbala (680 M) memperdalam perpecahan antara Syiah dan Sunni, sementara Ibadi muncul sebagai alternatif yang menolak kekerasan.
Perbedaan antara Sunni, Syiah, dan Ibadi mencerminkan keragaman dalam Islam. Meskipun memiliki perbedaan dalam sejarah, keyakinan, dan praktik keagamaan, ketiganya sama-sama berpegang pada prinsip dasar Islam seperti keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Memahami perbedaan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang Islam, tetapi juga dapat mendorong dialog dan toleransi antar-mazhab.
Dengan menghargai keragaman ini, umat Islam dapat bekerja sama untuk memajukan persatuan dan perdamaian, baik dalam komunitas Muslim maupun dengan umat beragama lainnya.

Penulis Indonesiana
80 Pengikut

Strategi Pertumbuhan Konglomerat
Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking
Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler